Thursday, August 6, 2009
PEMERGIAN SANG BURUNG MERAK
Al Fatihah buat WS Rendra
WS Rendra telah kembali ke rahmatullah pada 6 hb Ogos 09 pada jam 10.30 mlm khamis ketika usianya 74 tahun di rumah sakit mitra keluarga,Depok Jawa Barat. Dia menghidap sakit jantung.
Foto : Puisi puisinya yang sangat tajam dan bernas.
Saya adalah peminat tegar kepada sestarawan ini terutama sekali puisi puisi beliau. Betapa hebat dan tajam pemikiranya tentang dunia sastera. SW Rendra di lahirkan pada 7 Nov 1935 di Solo. Nama Islamnya Wahyu Sulaeman Broto Rendra setelah bernikah dengan Ken Zuraida dan dia di kurniakan 11 orang anak dari 3 orang isteri.
WS Rendra telah di beri penghargaan.
1 Hadiah Puisi dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional
pada tahun 1957
2 Anugerah Seni dari Departemen P & K 1969
3 Hadiah Seni dari Akademik Jakarta 1975
Semoga Allah tempatkan dia di dalam golongan orang yang berimam dan beramal soleh
Foto : Rakan karib WS Rendra dengan DSAI
Ini adalah antara puisi puisinya yang sangat menyentuh hati saya.
Sebatang Lisong
Menghisap sebatang lisong
Melihat Indonesia Raya
mendengar 130 juta rakyat
dan di langit
dua tiga cukung mengangkang
berak di atas kepala mereka
matahari terbit
fajar tiba
dan aku melihat delapan juta kanak kanak
tanpa pendidikan
aku bertanya
tetapi pertanyaan pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet
dan papantulis papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan
delapan juta kanak kanak
menghadapi satu jalan panjang
tanpa pilihan
tanpa pepohonan
tanpa dangau persinggahan
tanpa ada bayangan ujungnya
menghisap udara
yang diemprot deodorant
aku melihat sarjana sarjana menganggur
berpeluh dijalan raya
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiunan
dan dilangit
para teknokrat berkata
bahawa bangsa kita adalah malas
bahawa bangsa mesti bangun
mesti di up grade
di sesuaikan dengan teknologi yang di impor
gunung gunung menjulang
langit pesta warna di dalam senjakala
dan aku melihat
protes protes yang di pendam
berhimpit di bawah tilam
aku bertanya
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair penyair salon
yang bersajak tentang anggur dan rembulan
sementera ketidak adilan terjadi disampingnya
dan delapan juta kanak kanak tanpa pendidikan
termangu mangu di kaki dewi kesenian
bunga bunga bangsa tahun depan
berkunang kunang pandang matanya
di bawah iklan berlampu neon
berjuta juta harapan ibu bapak
menjadi germalau suara yang kacau
menjadi karang di bawah muka samodra
kita mesti berhenti membeli rumus rumus asing
diktat diktat hanya boleh memberi metode
tetapi kita sendiri merumuskan keadaan
kita mesti keluar ke jalan raya
keluar ke desa desa
mencatat sendiri semua gejala
dan menghayati persoalan yang nyata
Inilah sajakku
pamplet masa darurat
apakah artinya kesenian
bila terpisah dari derita lingkungan
apakah artinya berpikir
bila berpisah dari masalah kehidupan
Rendra
ITB Bandung 19 .8 .78
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment